Selasa, 31 Juli 2012
saat hujan
'hujan :) '
'kenapa kamu tersenyum?'
'apa kamu tahu, saat hujan adalah salah satu waktu terbaik untuk ber do'a...'
'jadi kamu sedang ber do'a?'
*mengangguk*
'apa do'a mu?'
'meng-aamiin-i semua do'a mu'
'...'
Senin, 30 Juli 2012
sebab memilih, itu adalah keniscayaan
life is all about choices which guides you to any consequences
bukan pada pilihan dalam skala besar, maksudku. namun ke hal-hal yang lebih kecil.
seperti ketika kamu memilih untuk bangun di pagi hari. lalu menuju kamar mandi. kemudian ber do'a. dilanjutkan rangkaian aktivitas pagi lainnya... sebenarnya kamu bisa saja untuk tidak melakukannya.
namun kamu memilih melakukannya.
lihat, untuk hal sepele pun kamu harus memilih. namun betapa hal-hal sepele itu lah yang mengantarkan mu pada hal-hal besar berikutnya. hal-hal besar yang bisa membuatmu berbahagia.
lalu untuk hal besar?
Tuhan selalu baik... ya, selalu baik.
memberi kita pilihan-pilihan yang tak lain adalah untuk mendewasakan. memantapkan dan memantaskan.
lalu ketika tidak juga mantap, tidak juga merasa pantas?
-dyas
bukan pada pilihan dalam skala besar, maksudku. namun ke hal-hal yang lebih kecil.
seperti ketika kamu memilih untuk bangun di pagi hari. lalu menuju kamar mandi. kemudian ber do'a. dilanjutkan rangkaian aktivitas pagi lainnya... sebenarnya kamu bisa saja untuk tidak melakukannya.
namun kamu memilih melakukannya.
lihat, untuk hal sepele pun kamu harus memilih. namun betapa hal-hal sepele itu lah yang mengantarkan mu pada hal-hal besar berikutnya. hal-hal besar yang bisa membuatmu berbahagia.
lalu untuk hal besar?
Tuhan selalu baik... ya, selalu baik.
memberi kita pilihan-pilihan yang tak lain adalah untuk mendewasakan. memantapkan dan memantaskan.
lalu ketika tidak juga mantap, tidak juga merasa pantas?
-dyas
Kamis, 26 Juli 2012
dari tumpukan awan
aku tengah mencintai diri sendiri. lalu bersembunyi di tumpukan awan. mereka menutupku, mereka mendekapku. mereka membuat ku sangat nyaman akhir-akhir ini.
daratan sedang membuatku bimbang. Tuhan sedang memberiku pilihan yang tidak mudah. dan itu berimbang, membuatku makin sulit memilih.
sementara yang ku butuhkan adalah alasan, bukan pilihan. sebab aku masih tidak memiliki keberanian untuk memilih.
untuk apa aku bersembunyi?
untuk menghilang. menghilang dari mereka yang menyayangiku. menyayangi bagian yang baik dari diriku.
bukan, bukan mereka tidak menyayangi bagian buruk dari diriku. hanya saja Tuhan terlalu baik sehingga masih menyimpan semua itu. dan aku, tentu saja seperti manusia kebanyakan: mengunci bagian itu rapatrapat. enggan membagi kepada orang lain.
untuk apa membagi bagian buruk itu? aku cukup paham dengan resikonya: kehilangan orangorang yang menyayangiku.
ok, mungkin mereka tidak hilang, hanya rasa sayang mereka yang hilang.
dan aku tidak mau.
namun tunggu...
bukan kah tiap orang dicintai untuk menjadi apa adanya dirinya? bukan untuk menjadi seperti orang lain atau pun menjadi orang lain?
jika cinta bekerja dengan cara demikian, kenapa aku khawatir menunjukkan bagian buruk dari diri ku? bukan kah itu sama saja aku memberi kesempatan pada diriku sendiri untuk dicintai dengan utuh?
lalu?
hmm...
lalu sudah beranikah aku memilih?
lalu sudah beranikah aku memutuskan?
entahlah... daratan masih membuatku bimbang...
-dyas
in a very (long)ing day
*picture taken here
Selasa, 24 Juli 2012
menjelma embun
hanya ingin menjelma embun,
yang teruap seiring surya.
namun esok akan terus kembali turun,
sebab tak mengenal jera.
tetap dalam bentuk embun,
enggan menyatu air.
bukan karena ingin terlihat tegar, namun
tersebab tahu, hanya di tempat terendah air berhenti mengalir
tersebab tahu, hanya di tempat terendah air berhenti mengalir
24 Juli 2012
Kamis, 16 Februari 2012
Jumat, 10 Februari 2012
lelah itu memanusiakan diri sendiri
kepada hatiku,
entah berapa kali, tak terhitung, kamu patah. dan ditiap patahan itu, selalu ada cercah yang hilang.
sampai kapan kamu begini? patah... setiap kali... untuk alasan yang sama.
bercerminlah, ingati semua yang sudah kamu katakan pada hati lain yang bernasib tak jauh berbeda. dan mereka bisa.
tidakkah kamu malu?
dear hati...
untuk tiap patah, semestinya kita belajar. bahwa harapan sebanding dengan pesakitan. makin tinggi berharap, makin sakit yang dirasakan apabila ternyata tidak sesuai harapan.
namun nyatanya? seolah kamu terlalu bodoh. kamu, masih saja patah untuk hal yang sama. lagi dan lagi.
wahai hati...
rasakanlah lelah... beristirahat lah dalam lelah mu... berdamailah dengan lelah...
jangan kau terus memusuhi lelah.
lelah hadir untuk memanusiakan dirimu...
jika kamu lelah mencintai, maka beristirahatlah... jika dia memang pantas untuk cintamu, dia pasti kembali.
namun jika tidak, akan ada hati lain yang lebih pantas untukmu...
dear hati...
aku tahu. rasamu, mereka terkadang hanya terlalu baik...
perbaikilah dirimu, acuhkan pengganggu-pengganggu berselubung teman itu. mereka, tak benar mengerti kondisimu.
jagalah semua bagianmu, utuh... hingga kamu berani untuk mencintai lagi... mencintai hati lain yang benar ditujukan untukmu... kelak, saat-nya tiba.
-dyas
*picture taken here
Kamis, 09 Februari 2012
a life without you
aku mencoba menulis tentang mu namun tanpa menyebutmu.
bisa kah? semoga... dan sedang ku coba. bukankah kita tidak akan tahu bisa atau tidak dilakukan sampai kita mencoba?
aku mungkin tidak akan bisa menyebutmu sampai aku menutup usia. tak apa. tidak membuatku putus asa untuk melanjutkan hidup.
toh tanpamu, nyatanya aku mampu mendatangkan lebih banyak tawa. utamanya bagi teman-teman di sekeliling ku. bahkan tak hanya sesekali, aku jadi bisa menghangatkan suasana melalui ke-alpa-an mu.
banyak teman yang menanyakan soal ke-alpa-an mu di hidupku. biasanya hanya senyum jawabku.
paling banyak dengan canda:
'dulu, ketika ibu baik hati penuh senyum di tk mengenalkannya pada semua anak di kelasku, aku bolos.'
haha aku tak pandai mengingat. dan saat masih tk... aku masih polos, masih penakut, belum se-badung saat ini. :)
dan teman-teman membalas dengan tawa.
tahu kah kamu?
ketiadaanmu membuatku lebih fasih melafalkan kalimat dalam bahasa asing yang dipakai kebanyakan manusia di dunia. sungguh menguntungkanku. manusia-manusia asal belahan bumi lain lebih bisa memahami ucapanku.
wahai alfabet ke-delapan belas...
makasih, kamu sudah membantuku menyediakan lebih banyak tawa. menjadikanku tetap sebagai 'anak' ditengah anak-anak yang lebih muda sekalipun. membuatku tetap memiliki jiwa muda yang yah, beda tipis sebetulnya dengan kekanakan. hehe
dan hei, nyatanya aku bisa menulis tentang mu tanpa menyebutkanmu!
-dyas
*diambil di sini dengan modifikasi
Langganan:
Postingan (Atom)