ibu:
hatimu serupa bulir hujan yang mendekap kala senja hendak
menyatu langit. meluruh lembut, namun mampu memadamkan
kaldron dalam jumlah jutaan. campin, namun elok. tegas dan keras,
namun didaktis. seperti seorang ahli yang mampu melihat setitik retak pada cencawan.
abah:
hatimu seumpama hangat mentari sore yang memeluk usai detik
yang bergulir seharian. memberi visiun yang terjangkau logika semua angka usia.
selalu mongkok pada capaian terkecil yang bahkan tak tertangkap
mata awam selama berasal darah daging sendiri.
hati bulir hujan dan hangat mentari sore berbuai
dalam pilin do’a yang tiada kan hilang hingga jiwa melayang, dramatis.
mengelon, agar hatiku menjadi selengkung keluwung yang berukir,
indah di langit.
-dyas
#repost