Senin, 18 Februari 2013
dari daun kepada pohon
angin sedang sering bertiup kencang. semua yang ada di bumi seolah ingin dibuat terbang, dibumbungkan hingga menyejajari awan-awan, yang tetiba bergerak cepat, berarak, beriring-iringan.
pun daun, yang berpegang erat pada pohon lewat seranting rapuh.
pun pohon, yang mencengkeram bumi lewat akar agar tak roboh.
daun berbisik... lemah
pohon berucap... lelah.
lalu rinai hujan turut bertingkah.
lalu gelegar guruh yang seolah marah.
lalu daun basah
lalu pohon basah
lalu akar basah
lalu air terserap tanah
bukan angin, bukan hujan. pohon sudah tak ingin, daun lelah bertahan sendirian.
angin tenang, hujan mereda. daun makin basah, mengangkasa. titik-titik air dari daun bermula. pohon bergeming, entah apa difikirnya.
-dyas
Kamis, 07 Februari 2013
halo, februari
pagi,
aku menyapamu dengan senyum bahagia. lega. dan semalam aku mencuri setoples gula milik nenek dari lemari dapurnya untuk kugunakan pagi ini. mempermanis senyum ku yang akhir-akhir ini jarang kusemat di wajahku.
tiba-tiba aku ingin berfilosofi soal kenikmatan.
'thing tastes best when it's gonna last'
kamu pasti tahu nasib stoples berisi kue-kue jenis apapun. kebanyak dari mereka teronggok di atas meja atau sudut buffet dan tidak berpindah ketika isinya hanya yang tertinggal di dasar.
kamu juga pasti tahu nasib lauk yang sudah seharian di meja makan. apalagi jika bilangan waktu sudah tersebut malam. tak ada yang menyentuh sebab perut sudah kenyang. tak ada juga yang berniat menghangatkan, sebab terlalu tanggung dalam hal ukuran.
kamu pun pasti tahu bagaimana nasib makanan di atas meja makan restoran. ketika memesan makanan terlalu banyak. orang-orang sudah duduk terlalu lama dan sedang tertawa-tawa bertukar cerita. mereka, makanan-makanan itu tersisa beberapa. sedikit-sedikit.
buatku, mereka adalah surga kecil di dunia.
terkadang buat kakak dan adik ku juga. sampai-sampai ibu harus melerai kami yang berebut kue, atau potongan ayam. lalu ketika ibu kembali memenuhi toples-toples itu dengan kue yang sama dengan yang kami perebutkan, atau memenuhi meja makan dengan potongan ayam yang membuat kami bertengkar, kami sama sekali acuh, tidak ingin.
yah, aku selalu menikmati bagian akhir. buatku, rasa nya berkali-kali lipat lebih enak.
mungkin faktor save the best for the last ku turut berperan di sini. ya, aku selalu menyisakan yang terbaik untuk kuhabiskan belakangan. minimal dia memberiku semangat untuk menyelesaikan bagian-bagian yang kurang enak sebelum-sebelumnya. bagian yang terbaik itu.
dan Februari,
kamu bulan terakhirku bekerja di kantor sekarang.
kamu bulan terakhirku tinggal di Jakarta tanpa suami
kamu bulan yang menjadi akhir penantian jarak yang nyatanya sudah terlalu angkuh untuk ditentang.
dear Februari,
bantu aku untuk menikmati setiap hari-harimu, yaa. semoga aku bisa menyelesaikan segala amanah dan janji dengan baik :)
oh ya, aku pertama kali bertemu dia, seseorang yang pelukkannya adalah rumah buatku, pada salah satu bilangan hari mu juga, loh.
-dyas
Kamis, 31 Januari 2013
sajak buat abah ibu
ibu:
hatimu serupa bulir hujan yang mendekap kala senja hendak
menyatu langit. meluruh lembut, namun mampu memadamkan
kaldron dalam jumlah jutaan. campin, namun elok. tegas dan keras,
namun didaktis. seperti seorang ahli yang mampu melihat setitik retak pada cencawan.
abah:
hatimu seumpama hangat mentari sore yang memeluk usai detik
yang bergulir seharian. memberi visiun yang terjangkau logika semua angka usia.
selalu mongkok pada capaian terkecil yang bahkan tak tertangkap
mata awam selama berasal darah daging sendiri.
hati bulir hujan dan hangat mentari sore berbuai
dalam pilin do’a yang tiada kan hilang hingga jiwa melayang, dramatis.
mengelon, agar hatiku menjadi selengkung keluwung yang berukir,
indah di langit.
-dyas
#repost
Rabu, 30 Januari 2013
sebanyak apa rindu mu
sebanyak apa rindumu padaku?
pertanyaan mu pagi ini. masih sama seperti kemarin. kemarinnya lagi. dan kemarinnya lagi.
di rinai hujan, adakah rindumu?
di hembus angin, adakah rindumu?
di titik embun, adakah rindumu?
apa rindumu sebanyak kedipan mataku?
apa rindumu sebanyak oksigen yang ku hirup seharian ini?
apa rindumu sebanyak kata yang terucap mulutku?
apa rindumu sebanyak gerak otot di tubuhku ini?
ah, tidak... aku tidak sehebat itu mengantar rindu.
rinduku sesederhana do'a yang selalu terselip namamu.
-dyas
pertanyaan mu pagi ini. masih sama seperti kemarin. kemarinnya lagi. dan kemarinnya lagi.
di rinai hujan, adakah rindumu?
di hembus angin, adakah rindumu?
di titik embun, adakah rindumu?
apa rindumu sebanyak kedipan mataku?
apa rindumu sebanyak oksigen yang ku hirup seharian ini?
apa rindumu sebanyak kata yang terucap mulutku?
apa rindumu sebanyak gerak otot di tubuhku ini?
ah, tidak... aku tidak sehebat itu mengantar rindu.
rinduku sesederhana do'a yang selalu terselip namamu.
-dyas
Rabu, 23 Januari 2013
yang tak lelah berjalan ke arah ku
kamu tahu, semesta itu ahlinya soal pertemuan indah. jadi
jangan bosan mencari jalan ke arah ku berdiri
--- menunggumu, disini
berapa lama kamu berjalan ke arahku? musim apa yang saja yang kamu lewati? seberapa jauh sudah kamu berjalan hingga menemukanku terduduk menggigiti kuku-kukuku?
aku tahu, tidak sulit menemukanku. semua tergantung niatnya.
kamu, dengan niatmu berjalan ke arahku, berhasil mencapai tempatku menunggumu.
aku, yang sudah melatih senyum termanisku. melatih ucapan 'halo' agar terdengar merdu. melatih berbagai pertanyaan agar tak terlalu basa-basi yang mungkin bisa membuatmu, yang baru saja melakukan perjalanan panjang, bosan.
kamu yang tak lelah berjalan ke arahku,
bekal apa yang kamu siapkan dulu? yang kamu tunjukkan pada abah dan ibu. yang membuat mereka meng-iya-kan permintaanmu.
kamu yang tak lelah berjalan ke arah ku,
perjalanan sejatinya dilakukan oleh semua manusia, hingga semua kembali padaNya. pun perjalanan kita. pun perjalanan tiap akhir pekan yang selalu kamu usahakan untuk mengantarkan sebuah pelukan yang kusebut rumah.
hei, kamu yang nyatanya masih harus berjalan ke arah ku.
aku selalu senang mendengarkan cerita perjalananmu ke arahku. menyenderkan kepala di dadamu. sambil memainkan jemarimu. tergelak di beberapa ceritamu. tersenyum hingga larut menyadarkanmu. mengecup keningku dan menyuruhku tidur.
dan besok pagi, semburat diwajahku mungkin akan mengalahkan torehan jingga di timur sana. dan senyumku tak kalah bahagia dibanding cicit burung-burung yang bertukar sapa.
-dyas
Sabtu, 19 Januari 2013
selamat bertemu k.a.m.u
do'a yang baik akan dipeluk Tuhan, untuk dikabulkan,
atau diganti dengan hal lain untuk segala kebaikan
cinta yang baik, ia akan selalu membuatmu ingat pada Tuhan mu.
cinta yang baik, ia tidak akan membuatmu menunggu terlalu lama hingga menimbul ragu.
cinta yang baik, ia akan terus berjalan di sisimu. saling menjaga, saling mengingatkan.
cinta yang baik, ia akan membebaskanmu. buka karena ketidakpedulian, namun lebih pada kepercayaan.
aku senang. aku ingin berteriak girang. akhirnya kabarr bahagia itu tiba juga. sempat terduga, meski tak berani menanyakan.
alhamdulillaah... barakallaah...
pagi, dan senja, dan selainnya tak akan pernah cukup
mengalirkan cinta dari rahim kata ke kuncupkuncup bunga
maka, biar ia jadi kembang yang rekah-mekar sendiri
dari benihbenih madu ke kuntumkuntum rindu*
ah, akhirnya..., rindu hanya tinggal menghitung hari untuk bisa terdefiniskan.
selamat bertemu k.a.m.u, kamu...
selamat dicintai cinta yang baik.
semoga kata mampu terlahir
lebih ceria di goresan pena atau ketikan keyboard-mu.
ah ya, satu hal lagi.
me-Ragusa berempat sepertinya akan jauh lebih menyenangkan daripada bertiga :P
-dyas
still your #1 biggest fan, maybe :)
*menculik 2 bait tulisanmu
Senin, 14 Januari 2013
kepada hujan
dear hujan,
kamu baik sekali akhir-akhir ini. menyapaku, hampir setiap hari. berlama-lama mengetuki jendela, mengetuki atap mencipta rima.
kamu baik sekali, bahkan. hadir dengan membawa teman-teman. angin yang berhembus kencang. pun awan yang beriring-iringan.
aku selalu menikmati hadirmu. lewat jendela, lewat nyanyian atap. lewat rinai yang sengaja ditadahi tanganku.
aku selalu menyukai hadirmu. kuanggap itu cara Tuhan memeluk ku.
aku selalu menikmati sapamu. lewat harum tanah basah menggelitik indra penciumanku.
aku selalu menyukai sapamu. di riang dan di gamang hati ku.
namun hujan, bagaimana kamu bisa bertemu pelangi jika kehadiranmu selalu memblokir total matahari?
-dyas
*picture taken here
kamu baik sekali akhir-akhir ini. menyapaku, hampir setiap hari. berlama-lama mengetuki jendela, mengetuki atap mencipta rima.
kamu baik sekali, bahkan. hadir dengan membawa teman-teman. angin yang berhembus kencang. pun awan yang beriring-iringan.
aku selalu menikmati hadirmu. lewat jendela, lewat nyanyian atap. lewat rinai yang sengaja ditadahi tanganku.
aku selalu menyukai hadirmu. kuanggap itu cara Tuhan memeluk ku.
aku selalu menikmati sapamu. lewat harum tanah basah menggelitik indra penciumanku.
aku selalu menyukai sapamu. di riang dan di gamang hati ku.
namun hujan, bagaimana kamu bisa bertemu pelangi jika kehadiranmu selalu memblokir total matahari?
-dyas
*picture taken here
Langganan:
Postingan (Atom)